Tuesday, October 20, 2009

PENANGGULANGAN ANAK BALITA GIZI KURANG DAN GIZI BURUK MELALUI PROGRAM EDUKASI DAN REHABILITASI GIZI (PERGIZI) SERTA PENINGKATAN FUNGSI DAN KINERJA POSYANDU

PENANGGULANGAN ANAK BALITA GIZI KURANG DAN GIZI BURUK MELALUI PROGRAM EDUKASI DAN REHABILITASI GIZI (PERGIZI) SERTA PENINGKATAN FUNGSI DAN KINERJA POSYANDU

Yekti Widodo, dkk 

ABSTRAK 
Program penanggulangan balita gizi buruk atau gizi kurang harus dilakukan secara terpadu, bersinergi, berkelanjutan, dan berkemitraan melalui program yang melibatkan lintas program dan lintas sektor, serta berbasis prakarsa dan pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu selain pemberian PMT, pemulihan balita gizi buruk dan gizi kurang harus didukung dengan strategi KIE yang efektif, pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, pemberian micronutrient, serta menumbuhkan potensi masyarakat untuk berprakarsa melalui upaya pemberdayaan masyarakat untuk memberikan kontribusi berupa bahan makanan, tenaga, atau uang.
Program Edukasi dan Rehabilitasi Gizi (PERGIZI) bertujuan untuk mengoptimalkan keberhasilan program peningkatan status gizi balita yang selama ini telah dilakukan, melalui kegiatan penyuluhan, pemberian makanan tambahan (PMT-Bersama), pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, pemberian micronutrient, yang dilaksanakan secara terpadu bersinergi, berkelanjutan, dan berkemitraan melalui program yang melibatkan masyarakat, lintas program dan lintas sektor.
Program Edukasi clan Rehabilitasi Gizi (PERGIZI) merupakan model 'baru' yang berupaya untuk membantu, memfasilitasi, dan memotivasi ibu balita gizi kurang dan gizi buruk untuk meningkatkan status gizi anak dengan memanfaatkan potensi yang terdapat pada diri dan keluarganya melalui perubahan perilaku dalam merawat dan memberi makan anak. Jumlah sasaran PERGIZI yang aktif sampai minggu ke­12 adalah 109, yang terdiri dari 36 anak balita yang awalnya menderita gizi buruk dan 73 anak yang menderita gizi kurang, jumlah sampel yang mempunyai data lengkap hanya 97 anak balita yang terdiri dari 35 anak balita yang awalnya gizi buruk dan 62 anak balita yang awalnya gizi kurang. Anak balita sasaran PERGIZI yang mengalami peningkatan status gizi dari gizi buruk menjadi gizi kurang dan cenderung meningkat dan dapat dipertahankan mencapai 37,1%. Anak balita sasaran PERGIZI yang mengalami peningkatan status gizi dari gizi kurang menjadi gizi baik dan cenderung meningkat dan dapat dipertahankan mencapai 29,1%, terdapat 3,2% anak balita justru turun dan gizi kurang menjadi gizi buruk. Secara keseluruhan pada anak dengan status gizi awal gizi buruk dan gizi kurang setelah mengikuti kegiatan PERGIZI selama 12 minggu, sebanyak 31 anak (32,0%) mengalami peningkatan status gizi. Anak balita sasaran PERGIZI yang mempunyai nafsu makan baik meningkat dari 8,7% menjadi 78,4%. Morbiditas utama anak yaitu ISPA menurun dari 74,2% menjadi 43,3%. Peningkatan status gizi dan kesehatan anak yang tetap dapat dipertahankan secara tersirat menunjukkan adanya peningkatan keterampilan dan kemampuan ibu balita dalam merawat dan memberi makan anak.
Program Edukasi dlan Rehabilitasi Gizi (PERGIZI) yang meliputi kegiatan PMT bersama yang didukung dengan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, pemberian micronutrient, penyuluhan cara merawat dan memberi makan anak dengan strategi yang tepat, serta menumbuhkan kontribusi dan partisipasi masyarakat, dapat membantu meningkatkan status gizi dan kesehatan anak balita.
PERGIZI merupakan model 'baru' dalam penaggulangan anak balita gizi kurang dan gizi buruk berbasis prakarsa dan pemberdayaan masyarakat. Model PERGIZI perlu dilanjutkan dan diterapkan di daerah lain yang mempunyai prevalensi anak balita gizi kurang dan gizi buruk tinggi (>20%) dengan sistem monitoring dan evaluasi yang terencana dan sistematis, yang idealnya dilakukan selama 6 bulan.
Kata kunci : PERGIZI, prakarsa masyarakat, pemberdayaan masyarakat, balita gizi kurang, balita gizi buruk 
© 2008 Sub Bidang Jaringan Informasi dan Perpustakaan Puslitbang Gizi dan Makanan - Jl. Dr. Sumeru No. 63 Bogor

PENGARUH PEMBERIAN MINYAK GORENG YANG DIFORTIFIKASI VITAMIN A TERHADAP PERUBAHAN DEPOSIT VITAMIN A TUBUH ( MRDR METHOD )

PENGARUH PEMBERIAN MINYAK GORENG YANG DIFORTIFIKASI VITAMIN A TERHADAP PERUBAHAN DEPOSIT VITAMIN A TUBUH ( MRDR METHOD )
Yuniar Rosmalina, dkk.

Abstrak

Latar belakang : Secara fisiologis bayi lahir dengan cadangan vitamin A yang rendah. Kemampuan transfer vitamin A dari ibu hamil ke janin sangat kecil, meskipun ibu mempunyai status gizi yang baik, sehingga bayi lahir hanya dapat mencukupi kebutuhan vitamin A kurang dari 2 minggu. Status vitamin A yang mencukupi merupakan kunci perlindungan bayi melawan infeksi seperti campak dan diare. Kemampuan ibu untuk memenuhi kebutuhan vitamin A bayi tergantung dari konsentrasi dan volume ASI yang dikonsumsi bayi, dimana kondisi ini dipengaruhi oleh status vitamin A dan asupan konsumsi makanan ibu .
Tujuan penelitian mendapatkan perubahan status vitamin A ibu menyusui setelah mengkonsumsi minyak goreng yang difortifikasi vitamin A.

Metode: Responden penelitian adalah ibu yang menyusui bayi umur 14-40 hari, dimana ASI sudah melewati masa kolostrum dan memasuki masa ASI maturasi namun ibu masih dalam periode masa nifas. Sebanyak 131 ibu yang turut penelitian hingga selesai yang terbagi secara random pada 4 kelompok yaitu : kelompok I. Diberi minyak goreng yang difortifikasi vitamin A 25 ppm dan 2 kapsul 200.000 SI dua hari berturut­-turut, kelompok II minyak goreng tanpa fortifikasi dan 2 kapsul 200.000 SI dua hari berturut-turut, kelompok III hanya minyak goreng difortifikasi vitamin A 25 ppm dan 2 kapsul plasebo dan kelompok IV diberi minyak tanpa fortifikasi dan kapsul plasebo. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik responden, pengukuran antropometri, serum retinol pada awal dan akhir penelitian dan rasio MRDR sebelum dan sesudah peneltian serta morbiditas ibu dan bayi.

Hasil : Hasil penelitian menunjukkan berat badan, paritas dan lama pendidikan tidak ada perbedaan yang bermakna antara ke 4 kelompok perlakuan. Rata-rata serum retinol pada awal penelitian tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna yaitu kelompok I adalah 32.8 ± 11.52 ug/dl , kelompok II 34.9 ±11.30 ug/dl, kelompok III 34.6 ± 12.87 ug/dl, dan kelompok IV 33.9 ± 9.96 ug/dl. Sedangkan cadangan vitamin A yang ditunjukkan dengan nilai MRDR juga tidak berbeda bermakna antara ke 4 kelompok perlakuan yaitu kelompok I 0.0748 ± 0.0586 ug/dl, kelompok II 0.0751 ± 0.0741 ug/dl, kelompok III 0.0850 ± 0.0437 ug/dl, kelompok IV 0.0837 ± 0.0395 ug/dl. Pada kelompok I, II dan III terjadi peningkatan kadar serum retinol pada akhir penelitian, namun pada kelompok IV terjadi penurunan. Rata-rata serum retinol dan rasio MRDR pada akhir penelitian menunjukkan perbedaan yang bermakna pada ke 4 kelompok.
Hasil perubahan serum retinol yang bermakna ditunjukkan antara ke 4 kelompok setelah intervensi. Perubahan serum retinol adalah 5.30 ug/dl pada kelompok I, 3.96 ug/dl pada kelompok II, 2.95 ug/dl pada kelompok III dan -4.58 ug/dl pada kelompok IV. Cadangan tubuh pada kelompok I dan III meningkat setelah intervensi, sedangkan kelompok II dan IV menurun setelah intervensi, namun perubahan antara ke tiga kelompok tidak bermakna secara statistik.
Kesimpulan : Pemberian minyak goreng yang difortifikasi vitamin A  25 ppm baik yang mendapat suplementasi kapsul dosis tinggi maupun tidak dapat meningkatkan kadar serum retinol secara bermakna. Cadangan vitamin A tubuh cenderung meningkat pada kelompok ibu yang mendapat minyak yang difortifikasi vitamin A baik yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi maupun yang tidak.
diperbaharui ( Monday, 19 October 2009 )